Indonesia Darurat Hutan, Deforestasi Potensi Bencana
EnvidataID, Semarang – Deforestasi di wilayah hulu memiliki dampak signifikan terhadap kualitas lingkungan dan kehidupan masyarakat di sekitarnya. Penebangan hutan secara ilegal, kebakaran hutan, dan alih fungsi lahan untuk perkebunan atau permukiman menyebabkan penurunan luas kawasan hutan (Sumber: Journal of Undip). Penurunan tutupan hutan ini tidak hanya mengancam keanekaragaman hayati, tetapi juga mempengaruhi ketersediaan air dan meningkatkan risiko bencana alam seperti banjir dan tanah longsor.
Data dari Forest Watch Indonesia menunjukkan bahwa laju deforestasi menurun menjadi 1,5 juta hektar per tahun pada 2000-2009, dan 1,1 juta hektar per tahun pada 2009-2013. Namun, periode 2013-2017 mencatat kenaikan kembali menjadi 1,46 juta hektar per tahun (Sumber: fwi.or.id). Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melaporkan penurunan laju deforestasi netto menjadi 462,46 ribu hektar pada 2018-2019, dan 115,46 ribu hektar pada 2019-2020, menandai penurunan 75,03% (Sumber: cakaplah.com). Pada 2021-2022, deforestasi netto tercatat sebesar 104 ribu hektar, turun 8,4% dari periode sebelumnya (Sumber: ppid.menlhk.go.id). Namun, laporan Auriga Nusantara mencatat deforestasi seluas 257.384 hektar pada 2023, termasuk di 31 taman nasional, 45 cagar alam, dan 26 suaka margasatwa (Sumber: kompas.id).
Potensi Bencana
Deforestasi di area hutan hulu memiliki dampak negatif yang signifikan terhadap ekosistem, mulai dari wilayah hulu hingga hilir, termasuk laut. Berikut adalah penjelasan mengenai dampak tersebut:
- Peningkatan Risiko Banjir dan Tanah Longsor: Hutan hulu berperan penting dalam menyerap air hujan dan menstabilkan tanah. Hilangnya tutupan hutan akibat deforestasi mengurangi kemampuan tanah menyerap air, sehingga meningkatkan aliran permukaan yang dapat menyebabkan banjir di wilayah hilir. Selain itu, akar pohon yang hilang mengurangi kestabilan tanah, meningkatkan risiko tanah longsor. Sebagai contoh, di Pulau Siberut, Sumatera Barat, deforestasi di hulu terkait dengan banjir yang sering terjadi di desa-desa hilir (Sumber: mongabay.co.id).
- Erosi Tanah dan Sedimentasi Sungai: Akar pohon hutan hulu berfungsi menahan tanah dan mencegah erosi. Deforestasi menyebabkan tanah menjadi rentan terhadap erosi oleh air hujan, yang mengakibatkan peningkatan sedimentasi di sungai-sungai. Sedimentasi ini dapat mengurangi kapasitas sungai, meningkatkan risiko banjir, dan mengganggu habitat akuatik (Sumber: liputan6.com).
- Gangguan Siklus Air: Hutan hulu berperan dalam mengatur siklus air dengan menyerap dan melepaskan air secara bertahap. Deforestasi mengganggu siklus ini, menyebabkan aliran air yang tidak stabil, yang dapat berdampak pada ketersediaan air di wilayah hilir dan meningkatkan risiko kekeringan atau banjir (Sumber: greenlab.co.id).
- Degradasi Ekosistem Pesisir dan Laut: Sedimentasi yang meningkat akibat erosi tanah di hulu dapat terbawa ke wilayah pesisir dan laut, mengakibatkan kerusakan ekosistem seperti terumbu karang dan hutan mangrove. Selain itu, deforestasi hutan mangrove sendiri meningkatkan abrasi pantai dan mengurangi perlindungan alami terhadap gelombang laut (Sumber: kupastuntas.co).
- Penurunan Kualitas Air: Alih fungsi lahan di kawasan hulu, seperti penggundulan hutan dan konversi menjadi lahan pertanian, dapat meningkatkan pencemaran sungai. Aktivitas tersebut seringkali menambah beban pencemar seperti sedimen, nutrien, dan bahan kimia pertanian ke dalam badan air, yang berdampak negatif pada kualitas air di hilir (Sumber: neliti.com).
Kasus deforestasi di Indonesia
Deforestasi untuk pembukaan lahan di Indonesia telah menyebabkan berbagai kerusakan lingkungan yang signifikan. Berikut adalah beberapa contoh nyata yang menggambarkan dampak tersebut:
- Taman Nasional Gunung Leuser: Pada tahun 1995, pemerintah Kabupaten Langkat mengusulkan pembangunan jalan untuk menghubungkan enklave Sapo Padang di dalam taman nasional. Pada tahun 1998, Kementerian Kehutanan Indonesia memberikan izin untuk pembangunan jalan sepanjang 11 km. Namun, proyek ini menyebabkan kerusakan hutan yang luas di dalam taman nasional, termasuk penebangan liar dan pembukaan lahan untuk perkebunan kelapa sawit. Akibatnya, terjadi perusakan ekosistem yang signifikan di kawasan tersebut (Sumber: en.wikipedia.org).
- Kalimantan dan Sumatra: Sejak tahun 1970-an, deforestasi meningkat pesat di Indonesia, terutama di Kalimantan dan Sumatra. Hutan tropis dataran rendah yang kaya akan sumber daya kayu dan keanekaragaman hayati hampir sepenuhnya hilang di Sulawesi pada tahun 2000 dan diperkirakan akan lenyap dalam beberapa tahun di Sumatra dan Kalimantan. Di Kalimantan, dari tahun 1991 hingga 2014, area hutan yang luas terbakar karena kebakaran yang tidak terkendali, menyebabkan polusi udara di seluruh Asia Tenggara (Sumber: en.wikipedia.org).
- Perkebunan Kelapa Sawit Ilegal: Pada tahun 2021, sebuah studi memperkirakan bahwa 81% konversi hutan untuk kelapa sawit di Indonesia dilakukan secara ilegal. Badan Pemeriksa Keuangan Indonesia menemukan bahwa kurang dari 20% operasi kelapa sawit di negara ini mematuhi undang-undang dan peraturan nasional. Praktik-praktik ilegal ini menyebabkan deforestasi yang luas dan kerusakan lingkungan yang parah (Sumber: en.wikipedia.org).
Deforestasi di wilayah hulu Indonesia telah menyebabkan degradasi lingkungan yang signifikan, mengancam keanekaragaman hayati, mengganggu siklus air, serta meningkatkan risiko bencana seperti banjir dan tanah longsor. Meskipun laju deforestasi sempat menurun, laporan terbaru menunjukkan bahwa kerusakan hutan masih terjadi, bahkan di kawasan konservasi. Kasus-kasus seperti pembukaan lahan di Taman Nasional Gunung Leuser, kebakaran hutan di Kalimantan dan Sumatra, serta konversi ilegal untuk perkebunan kelapa sawit menunjukkan bahwa eksploitasi hutan yang tidak terkendali membawa dampak serius bagi ekosistem dan kehidupan manusia. Oleh karena itu, pengelolaan hutan yang berkelanjutan dan penegakan hukum yang lebih ketat menjadi langkah mendesak untuk mencegah bencana lingkungan yang lebih besar di masa depan.
Sumber: envidata.id | wikipedia.org | neliti.com | kupastuntas.co | greenlab.co.id | liputan6.com | mongabay.co.id | kompas.id | ppid.menlhk.go.id | cakaplah.com | fwi.or.id | undip.ac.id