Alamat
Jl, Dokter Cipto No. 20, Kota Semarang, Jawa Tengah 50126.
Phone/Whatsapp:
+62822 3344 5919
EnvidataID, Semarang – Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dengue, yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes, misalnya Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Penyakit DBD ini dapat muncul sepanjang tahun dan menyerang seluruh kelompok umur. Penyakit DBD berkaitan dengan kondisi lingkungan dan perilaku yang dilakukan oleh masyarakat. Kondisi rumah dan lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan merupakan faktor risiko sumber penularan berbagai jenis penyakit khususnya penyakit yang berbasis lingkungan salah satunya yaitu DBD. Kondisi rumah memegang peranan penting dalam munculnya DBD, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Cahyati, W.H dan Tur Endah Sukowinarsih menunjukkan bahwa rumah yang terdapat jentik pada bak mandi memiliki risiko 2,612 kali lebih besar di banding rumah yang tidak terdapat jentik pada bak mandi.
Upaya penanggulangan dan pencegahan penyakit DBD sudah diatur dalam Perda No 5 Tahun 2010 tentang Pengendalian Penyakit DBD, upaya tersebut lebih difokuskan pada pengendalian vektornya yaitu pengendalian nyamuk Aedes aegypti. Pengendalian nyamuk yang sering digunakan dikalangan masyarakat yaitu menggunakan anti nyamuk semprot, bakar, dan lotion anti nyamuk yang terbuat dari bahan-bahan kimia. Bahan kimia yang digunakan dalam anti nyamuk tersebut mempunyai dampak negatif seperti residu yang bahan aktifnya sulit terurai di alam. Penggunaan insektisida kimiawi apabila digunakan secara tepat sasaran, tepat dosis, tepat waktu, dan cakupan akan mampu mengendalikan vektor dan mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dan organisme yang bukan sasaran, salah satu contoh bahan yang digunakan yaitu tawas sebagai larvasida terhadap larva nyamuk Anopheles stephansi. Meskipun bisa digunakan sesuai standar, akan tetapi untuk mencegah dampak lebih lanjut dari efek penggunaan insektisida, maka perlu untuk mencari alternatif insektisida alami atau nabati.
Tanaman pepaya (Carica papaya L) merupakan salah satu komoditas besar yang ada di Indonesia dan memiliki kemampuan sebagai insektisida nabati pada larva dan nyamuk. Uji fitokimia daun pepaya menggunakan spektrofotometry menghasilkan bahwa daun pepaya mengandung 0,25% alkaloid, 0,14% flavonoid, 0,30% saponin dan 11,34% tanin. Uji fitokimia menggunakan Thin Layer Chromatography (TLC) menghasilkan bahwa daun pepaya juga mengadung <68 mg/ml steroid, tetapi terpenoid negatif. Kandungan kimia yang terdapat dalam daun pepaya seperti flavonoid, tanin, saponin, steroid, dan alkaloid berfungsi sebagai insektisida alami dan racun serangga.
Inisiasi Penelitian
Pada konteks yang sama pada tahun 2017, Angger Luhung Nur Fadlilah, Widya Hary Cahyati, dan Rudatin Windraswara berinisiasi untuk melakukan sebuah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui daya proteksi lotion ekstrak daun pepaya untuk menolak Aedes aegypti.
Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah eskperimen murni dengan rancangan penelitian post test only control group design. Populasi penelitian adalah telur nyamuk Aedes aegypti yang dikembangbiakkan menjadi nyamuk, sampel 50 ekor nyamuk Aedes aegypti umur 2-5 hari untuk setiap kelompok perlakuan dengan 4 kali pengulangan, sehingga total nyamuk yang dibutuhkan 1.400 nyamuk Aedes aegypti karena jumlah perlakuan 7 kelompok.
Hasil dan Kesimpulan Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian mereka bahwa Lotion ekstrak daun pepaya efektif menolak nyamuk Aedes aegypti pada konsentrasi 30% karena daya tolaknya lebih dari 90%. Namun demikian, perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk menganalisis faktor waktu penyimpanan ekstrak dan bahan aktif yang terkandung dalam daun pepaya beserta karakteristik zat tersebut untuk dikembangkan menjadi lotion anti nyamuk.
Sumber: